Kamis, 11 November 2010

Perginya malaikatku

Cerpen by NBA_Nam

Pagi hari aku terbangun dengan ceria dan semangat. Ketika ibu menyapaku,”Selamat pagi malaikat kecilku”. Aku pun menjawab,”Selamat pagi juga Ibundaku”. Pagi itu aku masih tersenyum senang ketika melihat ibuku menyapaku dengan penuh suka cita, walaupun ayah sudah meninggalkan kita berdua. Aku bersiap-siap untuk berangkat sekolah, aku cium tangan ibuku sebagai tanda berpisah di pagi yang cerah itu. Dan aku berangakat sekolah dengan penuh semangat untuk menimba ilmu.

Tak ku sangka, di tengah perjalanan aku  menemukan seekor anak kucing yang sedang mencari ibunya. Anak kucing itu mengeong, mengeong dan mengeong. Sampai aku menemukan ibu dari anak kucing itu tergeletak lemas di tengah jalan. Dan aku giring anak kucing itu sampai ketempat ibunya. Melihat ibunya yang tergeletak lemas habis tertabrak motor, si anak kucingpun mengeong sambil menangis. Tangisan si anak kucing itu tidak bisa membuat ibunya kembali sehat seperti semula.

Aku teruskan perjalananku ke sekolah, seraya ingat dengan si anak kucing yang malang itu. Aku pun teringat dengan kejamnya hidup ini,”Bahwa semuanya takkan abadi”. Ketika aku tiba di sekolah, aku melihat teman-temanku yang bahagia diantar ibunya sampai ke sekolah. Dan aku membayangkan jika itu terjadi pada diriku, alangkah bahgianya diriku. Tatapi aku sangat bersyukur dengan ibuku sekarang walaupun ibu tidak bisa mengantarku seperti layaknya  ibu dari teman-temanku. Tapi sapaan ibu di pagi hari sudah cukup untuk mensuport aku menjalani hidup ini.

Ketika pelajaran di kelas, seorang guru mengajarkan kepadaku tentang betapa pentingnya orang yang sudah berkorban demi kita. Sedikit demi sedikit aku pun mulai pahami dengan kata-kata tersebut. Yang pada intinya kita harus menjaga dan manghargai orang yang sudah rela berkorban untuk kita. Pelajaranpun telah usai, dan para murid berbondong-bondong untuk pulang kerumah.

Sewaktu diperjalanan pulang, aku berjumpa dengan si anak kucing yang tadi pagi aku jumpai. Ternyata anak kucing itu masih berdiri dan menangis di depan mayat ibunya. Aku pun merasa kasihan dan segera aku mengajak kucing itu untuk tinggal di rumahku bersama dengan ibuku. Setibanya dirumah, aku mencari ibuku dan barharap bisa berbagi cerita tentang nasib anak kucing yang malang itu. Aku mencari ibuku di seluruh ruangan rumah. Sampai mataku tertuju pada suatu ruangan yang belum sempat aku tengok keberadaan ibuku. Dan itu adalah ruangan tempat biasa ibu aku shalat, dengan penuh rasa curiga aku menengoknya. Dan saat itu juga aku melihat ibuku yang sedang terbaring lemas. Ibu sempat mengucapkan satu kalimat kepadaku,”Semua takkan abadi, dan u bisa tanpa ibu di sampingmu karena ibu selalu ada dalam jiwamu”. Seraya menutupkan mata dengan perlahan-lahan.

Seketika itu aku langsung menangis dan sulit bagiku untuk menerima semua ini. Perlahan-lahan aku mulai mengerti apa arti dari kata-kata almarhumah ibuku. Yang dulu sempat di ucapkan juga oleh almarhum ayahku. Bahwa semuanya hanya bersifat sementara dan kita harus jalani hidup ini dengan penuh semangat, walaupun  orang-orang di samping kita sudah pergi terlebih dahulu meninggalkan kita. Kesuksesanku tergantung pada diriku dan kehancuranku juga tergantuk pada diriku.



SELESAI……!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar